
Selama beberapa dekade terakhir dunia berubah jauh lebih cepat. Disruptive innovation menghadirkan banyak sekali inovasi, tidak disadari oleh organisasi mapan tapi dirasakan mengganggu aktivitas tatanan sistem yang lama.
Disruptive innovation sangat potensial menghancurkan sistem yang sudah berjalan. Dan hal tersebut semata didorong oleh perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat. Toko-toko retail yang mulai gulung tikar karena hadirnya e-commerce, taksi konvensional yang kehilangan sebagian besar pendapatannya karena hadirnya layanan transportasi online, adalah daftar sederhana korban lahirnya disruptive innovation ini. Fenomena disruption innovation sudah banyak dibahas di sektor ekonomi, perbankan, pariwisata, dan lain sebagainya. Namun, masih terbatas dibahas di sektor pendidikan. Sementara itu, di luar sudah banyak sekali institusi pendidikan yang terus bergerak lincah. Bukan hanya universitas swasta, tapi universitas-universitas online. Dan yang paling harus dicermati adalah fenomena disruption innovation ini juga merambah dan potensial berdampak pada anak-anak kita, peserta didik sekolah konvensional.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan besar dalam berbagai bidang kehidupan, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Amatan sederhana menggambarkan dinamika prilaku dan kecenderungan peminatan generasi milenial ini saat berinteraksi dengan dunia internet dalam kaitannya dengan dunia pendidikan. Mereka lebih menyenangi informasi berbasis visual (melalui YouTube, online games) ketimbang melalui narasi dan teks-teks (membaca buku cetak atau mendengar ceramah guru). Mereka piawai berselancar dan bereksplorasi di dunia maya, menerima dan mengkurasi informasi ketimbang pasif terperangkap di perpustakaan konvensional. Mereka lebih nyaman untuk belajar secara kolaboratif di dalam praktik nyata atau secara peer to peer melalui jejaring sosial (menggunakan social learning platform). Dan mereka lebih suka menggunakan interactive gaming (gamifikasi), ketimbang malas-malasan mengerjakan tugas sekolah.
Ketika anak sekolah kita sudah berubah sedemikian rupa, maka sepertinya tinggal menunggu waktu pendidikan juga akan terkena dampak disrupsi yang merugikan anak-anak kita. Teramat banyak berita dan informasi yang menjelaskan bahwa social learning platform memang memberikan banyak manfaat, tak hanya menjadi media untuk berkomunikasi namun juga menjadi sarana untuk mendapatkan beragam informasi terbaru dan terupdate. Namun, kebermanfaatan tersebut juga sejalan dengan dampak negatif pengiringnya. Fenomena-fenomena tersebut menarik untuk dibicarakan. Adapun inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan dengan berkembangnya teknologi informasi seperti sekarang ini adalah :
Pembelajaran Jarak Jauh
Di era digital ini, jarak seharusnya bukan lagi suatu masalah dalam dunia pendidikan. Melalui teknologi koneksi internet, kamu dapat belajar apapun dari siapapun. Ingin belajar bahasa Arab dengan guru dari negeri Arab? Bisa! Ingin belajar bahasa Inggris dengan guru asing? Bisa! Tidak hanya tempat kursus bahasa asing online tapi kini universitas pun sudah ada yang online. Kehadiran secara fisik sudah bukan lagi masalah yang berarti. Batasan semakin menghilang sehingga kamu bisa belajar apapun yang kamu mau kapanpun dan di manapun. Jarak sudah bukan lagi menjadi penghalang. Namun, semudah apapun kamu mendapatkan akses pendidikan lewat internet, bila tidak ada komitmen untuk belajar, teknologi yang tersedia tidaklah berarti. Semua tetap berawal dari seberapa kuat keinginanmu untuk bisa.
Pembelajaran Berbasis KomunitasFungsi jejaring sosial kini tak melulu soal berkoneksi kembali dengan teman lama atau sanak keluarga yang tinggalnya jauh dari kamu. Kamu juga bisa menggunakan jejaring sosial untuk masuk ke dalam komunitas belajar. Misalnya kamu sedang belajar bahasa Inggris, maka masuklah ke komunitas atau grup belajar bahasa Inggris dalam jejaring sosial. Di dalam komunitas itu kamu bisa berbagi tips belajar atau bahkan langsung berlatih di sana.
Virtual Reality dan Augmented Reality
Belajar menjadi lebih
efektif bila kita berada langsung di lokasi. Misalnya, belajar bahasa Inggris
akan lebih efektif bila kita berada di negara yang berbahasa ibu bahasa
Inggris. Dengan Virtual Reality dan Augmented Reality, kamu tidak perlu
jauh-jauh ke luar negeri untuk belajar bahasa asing atau belajar hal lainnya.
Virtual Reality atau Realitas Maya adalah teknologi yang memungkinkan penggunanya untuk dapat berinteraksi dengan suatu lingkungan berdimensi tiga (3D) yang disimulasikan oleh komputer sehingga penggunanya seolah-olah terlibat secara fisik dalam lingkungan tersebut. Augmented Reality atau Realitas Tambahan adalah teknologi yang menggabungkan benda-benda maya berbentuk 2 dimensi dan atau 3 dimensi dan benda-benda nyata ke dalam lingkungan nyata berdimensi 3, lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata agar terintegrasi dan berjalan secara interaktif dalam dunia nyata. Teknologi Augmented Reality biasa digunakan di bidang militer, medis, komunikasi, dan manufaktur. Teknologi ini bersifat simulasi.
Dengan penggabungan kedua teknologi ini, kamu bisa lebih mudah dalam mempelajari sesuatu. Misalnya bahasa asing, kamu bisa disimulasikan bahwa kamu sedang berada di negara tempat bahasa yang kamu pelajari. Kamu bisa dibuat seakan kamu berada di sana dan berbincang langsung dengan orang-orang di sana. Mungkin teknologi ini masih terlalu mahal untuk kamu tapi bukan berarti kamu tidak bisa belajar bahasa asing langsung dengan penutur aslinya. Kamu bisa mencoba kursus online seperti Squline. Squline kini hadir dalam bentuk aplikasi di ponsel kamu. Semua hadir dalam satu ketukan. Selamat Hari Inovasi Indonesia
Simple Digital Learning
Pembelajaran berbasis digital, tidak lagi menggunakan banyak kertas dan buku cetakan melainkan sudah digitalisasi dan media pembelajarannya menggunakan LCD Projector/Smart TV dan Laptop/Smartphoneoleh Guru.
2 Komentar
Salam Blogger Kuningan
BalasHapusSalam balik om. salam kenal
Hapus